Jurnalbikers.com – Memasuki pergantian tahun, industri otomotif Indonesia menghadapi kekhawatiran besar dengan diberlakukannya opsen pajak kendaraan bermotor.
Kabarnya, opsen pajak atau pungutan tambahan atas Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) mulai Januari 2024.
Kebijakan ini diperkirakan berdampak signifikan pada pasar kendaraan bermotor, termasuk penurunan penjualan sepeda motor hingga 20%.
Menurut Ketua Bidang Komersial Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI), Sigit Kumala, kenaikan harga akibat opsen pajak dapat memberatkan konsumen, khususnya di segmen entry-level.
“Opsen pajak akan menaikkan harga sepeda motor baru sebesar Rp800 ribu hingga Rp2 juta, tergantung jenisnya. Kenaikan ini setara dengan 5%-7% dari harga on the road, atau dua hingga tiga kali lebih besar dari inflasi. Konsumen sangat sensitif terhadap kenaikan ini,”jelas Sigit.
Simulasi Dampak Kenaikan Harga Akibat Opsen Pajak Kendaraan Bermotor
Akibat dari opsen pajak yang akan diberlakukan, segmen entry-level akan alami kenaikan harga lebih dari Rp800 ribu. Sementara segmen mid-high Bakal alami kenaikan hingga Rp2 juta.
Dengan kondisi daya beli masyarakat yang lemah, kenaikan ini menjadi beban tambahan. Sepeda motor, yang berfungsi sebagai alat transportasi produktif bagi banyak masyarakat, kini terancam kehilangan daya tarik karena tingginya harga.
Dampak Opsen Pajak terhadap Industri Sepeda Motor
Sepanjang Januari-November 2024, pasar sepeda motor domestik mencatat penjualan 5,9 juta unit, tumbuh tipis 2,06% dibandingkan tahun lalu.
Sebelum wacana opsen pajak, AISI optimis pasar sepeda motor di 2024 dapat mencapai 6,4 juta hingga 6,7 juta unit. Namun, dengan pemberlakuan opsen pajak, pasar diperkirakan tertekan hingga 20%.
Efek Bergulir Terhadap Industri
Koreksi penjualan di pasar domestik akan memengaruhi seluruh rantai pasok industri. Pada sektor produsen sepeda motor, akan terjadi penurunan produksi untuk menyesuaikan permintaan.
Sementara pada sektor industri suku cadang juga akan terdampak, karena kurangnya permintaan bahan baku dan komponen.
Pada rantai hilir, akan terjadi penurunan pendapatan dealer, layanan purna jual, pembiayaan, dan asuransi. Potensi PHK juga akan terjadi, dampak yang dipicu pengurangan tenaga kerja di sektor terkait.
Pemberlakuan opsen pajak juga dinilai dapat melemahkan daya saing Indonesia di tingkat regional. Beberapa negara tetangga di ASEAN justru mendukung pertumbuhan industri otomotif dengan kebijakan seperti pengurangan PPN.
“Negara tetangga mengurangi PPN menjadi 8% hingga 2025, sementara Indonesia menaikkan PPN menjadi 12% ditambah opsen pajak. Jika ini berlanjut, daya saing kita akan melemah, terutama dalam menarik investasi,” tegas Sigit.
Pemberlakuan opsen pajak pada Januari 2024 membawa tantangan besar bagi industri sepeda motor Indonesia. Dampak kenaikan harga yang signifikan tidak hanya menekan konsumen, tetapi juga berpotensi menciptakan efek domino pada rantai pasok industri.
Sebagai alat transportasi produktif yang vital bagi masyarakat, sepeda motor membutuhkan kebijakan yang mendukung pertumbuhan, bukan menambah beban.
Jika tidak ada penyesuaian, daya saing industri Indonesia di pasar global dapat terganggu, menghambat pertumbuhan ekonomi di sektor ini.