Setibanya di Jogjakarta, Ibu Siti Aminah dipanggil ayahnya yang tinggal di kota Sragen. Sayang, sang Suami kala itu tidak dapat menemaninya ke Sragen. Dengan restu sang Suami, berangkatlah Ibu Siti Aminah ke Sragen mengendarai motor Norton tersebut seorang diri.
“Ibu berani motoran seorang diri karena beliau memiliki kemampuan bahasa Belanda yang sangat baik. Bahasa Jawa beliau juga sangat baik sekali karena masih memiliki keturunan Raden Roro. Selain itu, ada saudara yang berdomisili di Solo dan jalanan saat itu masih terbilang sepi tidak ramai seperti sekarang ini,” ujar Ading.
Ibu R. Rr. Siti Aminah berkendara sepeda motor sejauh 70 kilometer, dengan waktu tempuh 4 jam lamanya. Ading memambahkan, foto sosok Ibunya diatas motor Norton 500 cc tersebut diambil kala Ibunya rehat ditengah perjalanan.
“Ibu orang yang sangat ramah, foto tersebut diambil oleh Ibu dengan bantuan seorang kusir delman,” imbuh Ading.
Sedikit berbagi cerita tentang motor Norton yang digunakan sang Bunda, Ading menceritakan motor tersebut dibeli oleh sang ayah pada tahun 1944. Pada kisaran tahun 1957, motor sempat dibawa ke Samarinda, Kalimantan Timur. Selanjutnya pada tahun 1982, ketika Ading bertugas di Irian Jaya ia sudah tidak menjumpai motor tersebut.
Rupanya motor telah berpindah tangan, seorang pemilik Hotel di Samarinda telah membeli motor Norton itu.
Ditanya mengenai sosok Ibunda, Ading mengatakan sang Ibunda merupakan sosok yang sangat istimewa.
“Kalau diminta untuk bercerita tentang sosok Ibu saya selalu terharu, sebab banyak kenangan bersama ibu. Ibu merupakan orang yang paling istimewa bagi saya,” ucap Ading.
“Sepanjang ingatkan saya, ibu merupakan sosok yang sangat mirip dengan pakaian jarik ala Jawanya,” imbuhnya.
Ading juga menceritakan sosok Ibunda yang sangat cerdas, beliau juga mempunyai kemahiran berkomunikasi beberapa bahasa.
“Sering saya dengar beliau ngomong pake bahasa Belanda dengan teman-temannya, pernah juga dengan satu biarawati mereka ngomong pakai bahasa Jerman. Pernah juga saya dengar lbu ngomong dengan pria pakai bahasa Perancis,” kenang Ading.
Ading sempat bertanya dalam hatinya, “Apa sih sekolahnya lbuku ini dulu?,”
“Saya baru tahu, baru nemu ijazahnya, foto-foto ini setelah beliau wafat. Ternyata jaman perang, beliau pernah di Laskar Wanita lndonesia (LASWI), pernah jadi mata-mata karena bisa beberapa bahasa, pernah mengajar di Sekolah Kepandaian Putri Belanda,” imbuhnya.
“Ampuni aku Bu di hari ini 22 Des 2020,” tutup Ading.