FIFGROUP, melalui Corporate Communication Department, membuat program yang memiliki tujuan untuk meningkatkan skill dan knowledge terkait PR dan media relations kepada para PIC PR Kantor Pusat dan Cabang, yaitu Webinar FIFGROUP Corporate Communication 2021.
Pada Webinar FIFGROUP Corporate Communication 2021 yang pertama, Hadir sebagai pembicara, Prof. Dr. (H.C) Dahlan Iskan, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2011-2014, di rangkaian webinar pertama bertajuk “Bincang Asyik dengan Dahlan Iskan”.
Dalam kesempatan ini Dahlan Iskan menjelaskan bagaimana perkembangan dan opportunity serta tantangan dalam dinamika perbedaan zaman dulu dan zaman sekarang, seperti salah satu contohnya bagaimana media saat ini didominasi media sosial.
Webinar FIFGROUP 1.0 ini dibuka dengan speech dari Esther Sri Harjati Human Capital (HC), General Support (GS), and Corporate Communication Director FIFGROUP melalui sarana virtual.
Esther mengatakan bahwa sebagai PIC PR, harus tanggap dan agile dengan perubahan yang ada dengan meningkatkan pengetahuan, saling berbagi pengalaman dan mau mendengarkan masukan serta pengalaman berharga.
“Sebagai PIC PR tentunya kita juga ingin mendengarkan bagaimana pandangan Pak Dahlan sebagai wartawan 3 zaman tentang hubungan media dan perusahaan. Sehingga melalui sesi webinar Bincang Asik ini, kita semua mendapatkan ilmu, manfaat dan dapat menerapkannya dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari,” ujar Esther.
Antusias peserta webinar sangat tinggi, terlihat dari banyaknya pertanyaan yang masuk saat sesi tanya jawab.
Salah satunya adalah bahwa dalam membangun media relations, apa yang harus kita lakukan terlebih dahulu? Dahlan menjawab bahwa media relations untuk zaman sekarang ini secara teknis sudah tidak perlu lagi, karena setiap orang atau perusahaan atau institusi sudah memiliki medianya sendiri.
“Hal ini lebih cocok ditanyakan pada zaman lalu yang medianya masih sedikit. Di zaman sekarang, give ya give, take ya take. Namun yang perlu menjadi perhatian bersama bahwa dalam maintain hubungan dan memperlakukan media itu sama halnya dengan kita maintain hubungan dan memperlakukan manusia. Media itu sama seperti manusia. Jangan sombong dan saling menghargai. Treatment dalam media relations itu seperti halnya kita treatment kepada manusia. Apa yang tidak disukai ya jangan lakukan ke media,” jelas Dahlan.
Sosok humble ini juga menjelaskan peran public relations : ”Public relations tentu saja dibutuhkan oleh suatu perusahaan dalam menghasilkan growth dan sustainability perusahaan secara tidak langsung. Namun tentu saja PR dalam proses dan tindakan sehari-harinya tidak menghasilkan direct income seperti halnya proses marketing dan sales.”
Salah satu peserta webinar yang merupakan PIC PR Cabang FIFGROUP bertanya tentang doorstop dan Dahlan menjelaskan bahwa dari doorstop, seorang wartawan itu dapat melihat karakteristik kepribadian orang yang akan diwawancarainya.
“Ada 2 tipe pejabat dan kewenangannya. Yang pertama, pejabat publik seperti Lurah atau pejabat publik lainnya, mereka tidak boleh tidak menjawab karena ada tanggung jawab untuk menjelaskan ke publik. Yang kedua, pejabat private yang memiliki undang-undang private sehingga boleh tidak menjawab,” jelas Dahlan
Banyak sekali insight yang diberikan sosok enerjik ini, termasuk bagaimana mengenali ciri-ciri jurnalistik yang baik. Dan dengan jawaban singkat tapi jelas, beliau mengatakan : “Yang bertanggung jawab dan tulus.”
Lebih dari 20 peserta dari 317 Peserta yang hadir tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk sharing dan bertanya kepada Dahlan dalam acara 2 jam tersebut. Salah satu pertanyaan tentang kode etik juga terlontar, seperti apa kode jurnalistik yang ditetapkan pemerintah dalam melakukan peliputan berita.
Pria berkacamata itu menekankan bahwa kode etik itu bukan undang-undang atau hal yang dibuat dari pemerintah.
“Kode etik pada dasarnya datang dari pribadi masing-masing. Seperti yang sudah saya jelaskan, bahwa kode etik itu berhubungan erat dengan profesi. Dikatakan sebuah profesi jika memenuhi 3 syarat : kode etik, memiliki otonomi dalam melakukan atau tidak melakukan dan yang terakhir berhubungan dengan kepentingan umum. Jadi itu kembali ke pribadinya, mau tidak ia memegang kode etik profesinya,” paparnya.
Webinar yang berjalan santai dan seru itu ditutup dengan pesan dari Dahlan bahwa dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kita harus memiliki common sense, sehingga dapat melihat dan menilai banyak hal sesuai dengan porsi dan obyektivitasnya.
“Sebelumnya, dalam kesempatan ini, saya juga mau menyampaikan terima kasih untuk FIFGROUP, karena kehadirannya dapat membantu banyak orang untuk memiliki sepeda motor, khususnya kepada masyarakat kalangan bawah. Ini termasuk ke dalam common sense, bagaimana FIFGROUP memberikan kesempatan masyarakat untuk akhirnya bisa memiliki aset,” tutur Dahlan pada Selasa, 20 April 2021.